MAKALAH Tasawuf Irfani Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ak...
MAKALAH
Tasawuf Irfani
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlak Tasawuf
DosenPengampu
:
Hilmi Azizi, S.Pd. I, M. Pd.I
Disusun
oleh:
Yoda Yusron
Ma’ruf (D20191096)
Milika Khoirun
Nisa’i (D20191084)
Khikmatul
Lailiyah (D20191055)
FAKULTAS DAKWAH
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN
PENYIARAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
Jl. Mataram No. 01. Mangli Kaliwates Jember
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Pengertian Tasawuf Irfani,
Macam-macam Sistem Pembinaan Tasawuf, Karakteristik Tasawuf Irfani, dan tokoh
tasawuf Irfani. Meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan kami juga berterima
kasih kepada Bapak Hilmi Azizi, S.Pd. I, M. Pd.I selaku dosen mata kuliah Akhlak Tasawuf yang
telah memberikan tugas ini kepada kami.
Sangat berharap makalah ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Pengertian
Tasawuf Irfani, Macam-macam Sistem Pembinaan Tasawuf, Karakteristik Tasawuf
Irfani, dan tokoh tasawuf Irfani. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi memperbaiki makalah yang
kami buat, dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini bisa dipahami
bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat
berguna bagi kami sendiri ataupun orang lain yang membacanya. Sebelumnya kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.
Jember,26 Oktober 2020
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................. 3
BAB 1PENDAHULUAN.............................................................................. 4
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 5
2.1 Pengertian Tasawuf Irfani..................................................................... 5
2.2 Konsep Pembelajaran Tasawuf Irfani.................................................... 5
2.3 Agar Memperoleh Ma’rifat.................................................................... 6
2.4 Karakteristik Tasawuf Irfani.................................................................. 8
2.5 Tokoh-Tokoh Tasawwuf Irfani.............................................................. 8
BAB III
PENUTUP....................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan............................................................................................ 14
3.2 Saran...................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 15
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Tasawuf irfani adalah tasawuf yang
berusaha menyingkap hakikat atau makrifat yang diperoleh dengan tidak melalui
logika atau pembelajaran, tetapi melalui pemberian tuhan (mauhibah)
tokoh-tokohya antara lain Rabi’ah al-Adawiyah, Dzunnun al-Misri, Abu Yazid
al-Bustami, Junaid al-Bhagdadi, Abu Mansur al-Hallaj, Jalaluddin Rumi dan
lain-lain.
Dalam pembahasan
makalah ini, penulis mengambil judul Biografi dan pemikiran Tokoh-Tokoh Tasawuf
Irfani. Penulis mencoba mengurai biografi dan pemikiran dari tokoh-tokoh
tasawuf irfani yaitu Rabi’ah al-adawiyah, Dzu An-nun al-Mishri, Al-Junaid, dan Abu Abdul Rahman Al-Sulami.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tasawuf Irfani
tersebut ?
2. Apa saja karakteristik Tasawuf
Irfani?
3. Siapakah tokoh Tasawuf Irfani, dan
seperti apa ajarannya?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Agar mengetahui apa arti Tasawuf
Irfani tersebut.
2. Agar mengetahui karakteristik Tasawuf
irfani.
3. Dan agar mengetahui tokoh Tasawuf
Irfani dan seperti apa ajarannya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Tasawuf Irfani
Secara bahasa, kata irfan berasal dari
bahasa arab yang merupakan bentuk mashdar dari kata arafa semakna
dengan ma‟rifah, atau dalam istilah Yunani disebut gnosis, yaitu
pengetahuan tentang sesuatu yang diperoleh melalui berfikir (tafakkur).
Selain itu, Dalam bahasa arab ma‟rifah berbeda dengan ilmu. Kalau ma‟rifah dihasilkan
melalui keterhubungan langsung dengan objek pengetahuan dalam artian subjek.
Sementara ilmu dihasilkan melalui transformasi (naql) ataupun
rasionalitas (aql). Menurut Alparslan keduanya berbeda karena lahir dari
instrument batin manusia yang berbeda juga, jika ‘ilm dihasilkan
dari akal sedangkan ma‟rifah dari hati (qalb).
Tasawuf Irfani adalah tasawuf yang
berusaha menyingkap hakikat kebenaran atau makrifat diperoleh dengan tidak
melalui logika atau pembelajaran atau pemikiran, tetapi melalui pemberian Tuhan
secara langsung (mauhibah).
2.2 Konsep Pembelajaran Tasawuf Irfani
Untuk memperoleh
ma’rifat dalam istilah
disebut dengan gnostik manusia telah memiliki potensi masing-masing. Syaratnya
antara lain adalah kesucian jiwa dan kesucian hati. totalitas jiwanya telah
suci dan hatinya telah dipenuhi dengan dzikir kepada tuhan, hidupnya akan
dipenuhi oleh kearifan dan bimbingan-Nya.
Untuk memperoleh kearifan atau ma’rifat, hati
mempunyai fungsi esensial, sebagaimana yang diungkapkan Ibnu Arabi dalam
fushush Al-Hikam –nya: “Qalb dalam
pandangan kaum sufi adalah tempat kedatangan kasyaf dan ilham. Ia pun berfungsi
sebagai alat untuk ma’rifat dan menjadi cermin yang memantulkan (tajalli)
makna-makna keghaiban.
Qalb merupakan pengetahuan tentang hakikat, termasuk di dalamnya adalah
hakikat ma’rifat, kalbu yang dapat memperoleh ma’rifat adalah kalbu yang telah
suci dari berbagai noda atau akhlak buruk yang sering di lakukan manusia. Kalbu yang telah suci akan mampu menembus alam
malakut (misalnya, alam malaikat).
Menurut
Al-Ghazali, kalbu merupakan sesuatu yang sejenis dengan malaikat. Ketika berada
di alam malaikat inilah, qalb mampu
memperolah ilmu pengetahuan dari tuhan. Tampaknya kaum sufi memandang kesucian qalb sebagai
prasyarat untuk berdialog secara batiniah dengan tuhan. Mereka mengemukakan
alasan bahwa tuhan hanya dapat didekati oleh jiwa yang suci. Ilmu
pengetahuan yang dihasilkan dari kondisi dialogis batiniah dengan perangkat qalb yang suci
inilah yang mereka sebut dengan ilmu ma’rifat dan secara spesifik dapat
memperoleh ilmu laduni, yaitu ilmu yang datang melalui ilham yang dibisikan
melalui hati manusia.
Dengan demikian, qalb berpotensi untuk berdialog dengan tuhan. Inilah yang
dimaksud imam Al-Ghazali dengan ungkapan bahwa di luar akal dan jiwa, terdapat
alat yang dapat menyingkap pengetahuan ghaib dan hal-hal yang akan terjadi di
masa mendatang.
Dari pembahasan dan uraian di atas, dapatlah dipahami bahwa hati (qalb)
menjadi sarana untuk memperoleh ma’rifat. qalb yang mampu memperoleh ma’rifat, qalb
juga telah di bekali potensi untuk berdialog dengan tuhan. Hal ini mengisyaratkan
bahwa ma’rifat tidak spontanitas dimiliki sembarang orang, tetapi hanya dimilki
oleh orang-orang yang telah berupaya untuk memperolahnya.
2.3 Agar Memperoleh
Ma’rifat
Untuk memperoleh
ma’rifat, seseorang harus melalui upaya-upaya tertentu, seperti
sebagai berikut:
1. Riyadhah
Riyadhah adalah latihan kejiwaan melalui upaya membiasakan diri agar
kebiasaannya dilakukan terus-menerus secara rutin sehingga seseorang
benar-benar terlatih, khususnya dalam menahan diri agar jauh dari perbuatan
maksiat dan dosa.
Yang biasa dilakukan antara lain:
pertama yang dilakukan adalah bertobat. Ia harus menyesal atas dosa-dosanya
yang lalu dan betul-betul tidak berbuat dosa lagi sembari melafalkan dzikir dan
wirid-wirid tertentu. Riyadhah
bukan perkara yang mudah, sehingga dalam pelaksanaannya diperlukan mujahadah,
yaitu kesungguhan dalam berusaha meninggalkan sifat-sifat buruk. Menurut Anwar
dan Solihin, setelah riyadhoh berhasil dilakukan, maka salik akan memperoleh
ilmu makrifat.
2. Tafakur
(Refleksi)
Secara harfiyah tafakur
berarti memikirkan sesuatu secara mendalam, sistematis, dan terperinci. Menurut
imam Al-Gazali jika ilmu sudah sampai pada hati, keadaan hati akan berubah,
jika hati sudah berubah, perilaku anggota badan juga akan berubah.
3. Tazkiyat An-Nafs
Secara harfiyah (etimologi) Tazkiyat An-Nafs
terdiri dari dua kata, yaitu “Tazkiyat” dan “An-Nafs”. Kata ‘tazkiyat’ dari
bahasa arab, yakni isim mashdar dari kata ‘zakka’ yang berarti penyucian. Kata
‘An-Nafs’ berarti jiwa. Dengan begitu dapat diketahui Tazkiyat An-Nafsi
bermakna penyucian jiwa.
4. Dzikrullah
Istilah ‘zikr’ berasal dari bahasa Arab, yang
berarti mengisyaratkan, mengagungkan, menyebut atau mengingat-ingat. Berzikir
kepada Allah berarti zikrullah, atau mengingatkan diri kepada Allah sebagai
Tuhan yang disembah dengan sebaik-baiknya. Dzikrullah adalah tuntunan masalah
ruhiyah atau yang berhubungan dengan masalah pengalaman ruhiyah (batin).
Al-qur’an mengisyaratkan tentang dzikrullah. Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu,
dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku (QS Al-Baqarah [2]: 152).
2.4 Karakteristik Tasawuf
Irfani
Karakteristik Tasawuf Irfani bisa di lihat bahwa, tasawuf irfani berkaitan
dengan hati(qalb). Selain itu, karakteristik tasawuf irfani juga dapat
menangkap objeknya secara langsung. Maksud dari objek yang bisa di tangkap dari
tasawuf irfani tersebut bersifat abstrak seperti rasa cinta, rasa benci,
kecewa, dan bahagia.
Dan sumber Karakteristik tasawuf irfani adalah realitas pengalaman yang di
temukan langsung oleh sang arif atau sufi sebagai kelompok pendukung keilmuan.
Olh karena itu, krakteristik tasawuf irfani tidak di peroleh berdasarkan
analisis teks dan pembuktian, tetapi dengan ruhaniah yaitu dengan kesucian
hati, dan berharap tuhan akan melimpahkan pengetahuan langsung kepadanya.
2.5 Tokoh-Tokoh
Tasawwuf Irfani Beserta Ajarannya
1. Rabiatul
Adawiyah
Dilahirkan di basrah pada tahun 714 M. Kelahirannya,
diliputi bermacam cerita aneh-aneh. Pada malam ia lahir, dirumahnya tidak
ada apa-apa, bahkan minyak untuk menyalakan lampu pun tidak ada, juga tidak
ditemui sepotong kain pun tidak ditemui sepotong kain pun untuk membungkus bayi
yang dilahirkan itu.
Rabiah seorang mitisme paling terkemuka yang mengajarkan
kasih sayang terhadap tuhan tanpa pamrih”aku mengabdi kepada tuhan bukan untuk
mendapatkan pahala apapun, jangan takut pada neraka, jangan mendambakan surga,
aku akan menjadi abdi yang tidak baik jika pengabdianku untuk mendapatkan
keuntungan materi, aku mentaati Allah tanpa mengharapkan apapun itulah bukti
pengabdianku pada-Nya. Rabiyah meninggal dunia di Basrah tahun 801 M, dan di
makamkan di rumah di mana ia tinggal.
Ajaran-ajaran
yang dianutnya:
1. Ia
mempopulerkan konsep mahabbah di kalangan para sufi
2. Hidup
zuhud dan rutin beribadah kepada Allah SWT
3. Kehidupannya
sejak awal tidak pernah merugikan orang lain. Rabbiyah adawiyah hidup tanpa di
nodahi barang-barang yang subhad.
4. Beliau memanjatkan do’a dengan
syair-syair indah sebagai pembuktian rasa cinta dan rindunya kepada Allah SWT.
2. Zunnun
Al-Mishri
A. Riwayat
Hidup Zunnun Al-Mishri
Zunnun al-mishri adalah nama julukan bagi seorang
sufi yang tinggal dipertengahan abad ke-3 Hijriyah. Nama lengkapnya Abu
Al-Faidl bin ibrahim Zun An-Nun al-Mishri ia dilahirkan di Ikhnim, di dataran
tinggi Mesir.
Zunnun al-Mishri meninggal pada tahun 246 H/856 M. Ia
dimakamkan di pemakaman Asy-Syafi’i. Sebelum al-Mishri, sebenarnya sudah ada
sejumlah guru sufi, tetapi ia adalah orang pertama yang memberi tafsiran
terhadap isyarat-isyarat tasawuf.
B. Pandangan
Tasawuf Zunnun Al-Mishri
Zunnun mengatakan bahwa sufi ialah orang yang tidak
meminta dan tidak merasa kesusahan karena ketiadaan beliau mengatakan bahwa
akhlak seorang Arir billah adalah Allah, dan orang yang arif selalu akan
bersifat seperti sifat-sifat Tuhan dan selalu menjaga perilakunya agar tidak terjebak
dalam kenistaan dunia yang menghayutkan dan menghinakan orang yang dekat kepada
Allah. Zunnun al-Mishri di anggap sebagai seorang zindiq oleh ulama-ulama Mesir
pada masa itu.
Dia pun menjelaskan konsep tasawufnya yang menenonjol
yaitu tentang makrifat. Zunnun al-Mishri dikenal sebagai bapak paham makrifat.
Karena teorinya tentang ilmu tersebut sangat mencolok.
C. Ajaran-Ajaran
Tasawuf Al-Mishri
1. Pengertian
Makrifat Menurut Zunnun Al-Mishri
Pertama makrifat adalah mengetahui Tuhan dari dekat sehingga
hati dapat melihat-Nya. Kedua al-Mishri membagi pengetahuan tentang Tuhan
menjadi tiga macam:
1. Pengetahuan
untuk seluruh umat muslim
2. Pengetahuan
khusus untuk para filosof dan ulama
3. Pengetahuan
khusus untuk para wali Allah
Menurut pengalamannya, sebelum sampai pada maqam
al-Makrifat, al-Mishri melihat Tuhan melalui tanda-tanda kebesaran-Nya di alam
semesta adapun ada tanda-tanda seorang arif, menurut al-Mishri sebagai berikut:
a. Cahaya
makrifat tidak memadamkan cahaya kewaraannya
b. Ia
tidak berkeyakinan bahwa ilmu batin merusak hukum lahir
c. Banyaknya
niknat Tuhan tidak mendorongnya menghancurkan tirai-tirai larangan.
Menurut al-Mishri di atas menunjukkan bahwa
seseorang arif yang sempurna selalu melaksanakan perintah Allah, terikat hanya
kepada-Nya, senantiasa bersamanya dalam kondisi apapun dan semakin dekat dan
menyatu kepada-Nya.
2. Pandangan
Zunnun Al-Mishri tentang Maqamat dan Ahwal
Pandangan al-Mishri tentang maqamat di
kemukakan pada beberapa hal yaitu, at-taubah, at-tawakkal dan ar-ridha.
·
Zunnun Al-Mishri
membagi tobat menjadi tiga bagian yaitu:
1. Tobat
dari dosa dan keburukannya
2. Tobat
dari kelalaian dan kealfaan mengingat Allah
3. Tobat
karena memandang kebaikan dan ketaatannya.
Berkenaan dengan maqam at-tawakkal, al-Mishri
mendefinisikan sebagai ‘berhenti memikirkan diri sendiri dan mersa memiliki
daya dan kekuatan’. Intinya adalah penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah
disertai perasaan tidak memiliki kekuatan.
Tentang ar-ridha al-Mishri mengemukakan bahwa ar-ridha
adalah kegembiraan hati menyambut ketentuan Tuhan baginya. Pandangan al-Mishri
tentang ahwal, al-Mihri menjadikan mahabbah (cinta
kepada tuhan) sebagai urutan pertama dari empat ruang lingkup pembahasan
tentang tasawuf. Ketika al-Mishri di tanya tentang mahabbah, beliau menjawab: “Mahabbah
adalah mencintai apa yang di cintai Allah, membenci apa yang di benci Allah,
mengerjakan secara paripurna apa yang diperintahkan, dan meninggalkan segala
sesuatu yang akan membuat kita jauh dari Allah, tidak takut dengan apapun
selain Allah, dan bersifat lembut terhadap saudara dan bersifat keras terhadap
musuh-musuh Allah, dan mengikuti jejak Rasulullah dalam segala hal”.
3. Al-Junaid
Nama lengkapnya adalah Abu Kosim Al-Junaid bin Muhammad
Al-Khazzaz Al-Nahwandi, tetapi beliau lebih di kenal dengan nama Junaid
Al-Baghdadi. Al-junaid lahir di Kota Nihawand, Persia. Imam junaid adalah
seorang ahli perniagaan yang berjaya. Beliau memiliki sebuah gedung di kota
Baghdad. Sebagai seorang guru sufi, beliau tidak di sibukkan dengan menguruskan
perniagaannya, waktu yang beliau gunakan untuk berniaga sering di singkatkan.
Beliau wafat pada hari sabtu 297 H (910 M). Imam junaid wafat di sisi As-Syibli
salah satu dari muridnya.
Sesuatu yang mengagumkan dari imam junaid ialah selalu
menutup kedainya setelah selesai mengajar murid-muridnya. Kemudian beliau
kembali kerumah untuk beribadah.
1. Ajaran-ajaran
Junaid Al-Baghdadi
Dalam masa-masa hidupnya, junaid menghadapi kendala dalam
mengajarkan tasawufnya. Karena perlawanan mereka terhadap para sufi yang
terjadi ketika itu, maka junaid melakukan praktik-praktik spiritual dan
mengajari murid-muridnya di balik pintu terkunci.
Amalan tasawuf junaid banyak di ambil dari
pengalaman-pengalaman ke tasawufannya; namun, konsep-konsep pemikiran
tasawufnya masih belum tersusun secara sistematis, tetapi lebih banyak di
jelaskan melalui ungkapan-ungkapan verbalnya.
Al-junaid di kenal sebagai tokoh sufi yang konsen dan
memiliki pemikiran tentang makrifah. Pemikiran makrifah yang di ajarkan oleh
junaid banyak di kutif oleh tokoh-tokoh sufi lainnya. Al-junaid berpendapat
makrifah sebagai berikut. “makrifah ada dua macam yaitu makrifah ta’arruf dan
makrifah ta’rif.
Ma’rifah ta’arruf adalah bahwa Allah memberitahukan
kepada orang banyak akan diri-Nya dan memberitahu orang banyak akan hal-hal
yang menyerupai-Nya, sedangkan makrifah ta’rif adalah Allah memberitahu orang
banyak bekas-bekas kekuasaannya dalam cakrawala dan dalam diri manusia,
kemudian secara halus terjadilah kejadian benda-benda menunjukkan kepada orang
bahwa mereka itu ada yang menciptakan, yaitu Allah SWT. Pengetahuan tentang
Allah adalah pengetahuan orang-orang khawas. Semua orang tidak bisa makrifah
terhadap hakikat Allah kecuali karena Allah sendiri”.
2. Pokok-Pokok
Pikiran Al-Junaid
1. Seseorang
yang sudah memahami ilmu tasawuf dan sebagai seorang sufi, harus berbudi
pekerti baik dan meninggalkan yang buruk
2. Ajaran
yang memurnikan hati dan hubungannya dengan makhluk lain
3. Seorang
sufi harus dapat melaksanakan tiga rukun amal , yaitu: melazimi zikir, mempertahankan tingkat kegairahan yang tinggi,
selalu melaksanakan syariat secara ketat dan tepat.
4. Mengalihkan
perhatian dari urusan dunia pada urusan akhirat masih mudah, dan lebih sulit,
mengekang hawa nafsu untuk dapat tenggelam bersama Allah jauh lebih sulit.
5. Arti
tauhid menurut junaid adalah: “mengesakan Allah dengan sesempurna
ke-Esa-an, bahwa Allah Maha Esa yang tidak bereanak dan diperanakkan, tidak
berbilang dan tidak tersusun, tidak ada yang serupa dengan dia dan tidak pula
menyerupai sesuatu, dia Maha Mendengar dan Maha Melihat”.
3. Abu
Abdul Rahman Al-Sulami
Nama lengkap al-Sulami adalah Muhammad ibn Husain ibn
Muhammad ibn Musa Al-Azli yang bergelar Abu Abdurrahman Al-Sulami. Lahir tahun
325 H dan wafat pada bulan sya’ban 412 H/1012 M. Dia pakar hadis guru para sufi
dan pakar sejarah dia seorang syeikh thariqah yang telah di anugrahi penguasaan
berbagai ilmu hakikat dan perjalanan tasawuf.
Ajaran-ajaran Al-sulami yaitu manusia akan menjadi hamba
sejati kalau hamba tersebut sudah bebas/merdeka dari selain Tuhan. Kalau
kehendak hati sudah menyatu dengan kehendak Allah. Maka apa saja yang di pilih
Allah untuknya, hati akan menerima tanpa menentang sedikitpun (qona’ah). Dalam
konsep zikir Al-sulami berpendapat bahwa perbandingan dzikir dan faqir adalah
lebih sempurna fakir, karena kebenaran itu di berikan oleh dzikir bukan oleh
fakir dalam proses pembukaan kerohanian. Ada beberapa tingkatan dzikir yaitu,
dzikir lidah, dzikir hati, dzikir sir (rahasia), dzikir ruh.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tasawuf irfani adalah tasawuf yang berusaha yang menyikap
hakikat kebenaran atau makrifah di peroleh dengan tidak melalui logika atau
pemikiran, tetapi melalui pemberian Tuhan secara langsung. Pemikiran dari
masing-masing tokoh tasawuf irfani berbeda-beda di lihat dari cara pandang
mereka, latar belakang tokoh dan pemikirannya dan kita dapat mengkajinya untuk
menambah ilmu pengetahuan.
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, kritik
dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan demi perbaikan
makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=karakteristik+tasawuf+irfani&btnG=
http://ahlaktasawuf2017.blogspot.com/2017/12/tasawwuf-irfani-konsep-dan-tokohnya.html
CATATAN
Moderator kelompok 7 : Ach Ifan Affandi D20191057
Penanya pertama
: Yuliana Beilia
D20191060
Penanya ke dua
: Fikri Nabil Muzakki D20191065
Penanya ke tiga : Nur Ikhsan Adhitama D20191100
Di kelompok kami, kelompok 7 tidak ada sanggahan karena audien
yang bertanya merasa sudah puas atau paham atas apa yang telah di sampaikan
oleh kami (pemateri).
COMMENTS