H al yang paling mendasar dalam PMII adalah pembekalan dirinya dalam kapasitas intelektual yang memadai. Sebab, tanpa dasar konsepsiona...
Hal yang paling mendasar dalam PMII adalah pembekalan
dirinya dalam kapasitas intelektual yang memadai. Sebab, tanpa dasar
konsepsional yang jelas, gerakan PMII juga tidak akan menemukan kejelasan pada
wilayah strategi dan taktik gerakan. Apalagi, asumsi gerakan adalah berawal
dari konteks yang bernama pendidikan. Muh. Hanif dan Zaini Rahman (2000) mengutip Ben Agger
(1992), mengatakan bahwa titik berangkat yang paling strategis bagi PMII adalah
mentransformasikan pendidikan kehidupan intelektual sebagai investasi sosial,
politik, dan kebudayaan. Dalam hal ini
adanya semacam sumbangsih terhadap realita dari intektualitas organisasi.
Dalam konteks inilah,
semangat liberasi (pembebasan) yang pernah lahir dalam sejarah pemikiran PMII
menjadi sebuah rujukan yang signifikan. Wilayah pembebasan dari konteks
penindasan, baik dari represifitas otoritas politik (Negara-Media-Partai), maupun otoritas
sosial (agama/pendidikan) dan ekonomi (pasar). Dengan filosofi
liberasi akan terjadi proses perjuangan melampaui segala beban berat
kehidupan demi melanjutkan amanat kemanusiaan sesuai dengan mandat yang
diperoleh dari Nilai-nilai Dasar Pergerakan (NDP).
Sejalan dengan semangat
liberasi dan Indenpendensi di atas itulah, maka PMII juga harus berperan
menciptakan ruang bagi publik (public sphere) yang kondusif untuk
mengembangkan kehidupan. Di titik inilah, Free Market of Ideas (FMI)
menjadi signifikan untuk diciptakan pada ruang-ruang kemasyarakatan, kenegaraan
dan keilmuan. Karena perlawanan terhadap hegemoni Negara, ideologi, pasar, dan Agama harus dihadapi
dengan membuka sekian pintu kesadaran yang sengaja dikunci demi kepentingan
kekuasaan.
Pada diskusi ini, kita
sebenarnya sedang bergulat dengan dasar dan semangat pergerakan untuk
perlawanan. Kalau kita jeli melakukan pembacaan situasi global, nasional dan
lokal, maka dasar pergerakan ini jelas akan lebih tajam. Maka perbincangan
kemudian akan kita dekatkan dengan “struktur
penindasan” dan “situasi
kemasyarakatan” yang ada di dalamnya yang akhirnya dapat kita jadikan
landasan untuk membuat “situasi
perlawanan”.
COMMENTS