Hablun min al-Alam (Hubungan manusia dengan alam) Manusia yang diberi anugerah cipta, rasa, dan karsa, yang merupakan syarat...
Hablun min
al-Alam (Hubungan manusia dengan alam)
Manusia yang diberi anugerah cipta,
rasa, dan karsa, yang merupakan syarat sahnya sebagai khalifah diberi wewenang
dan hak untuk memanfaatkan alam bagi kebutuhan hidupnya. Namun pemanfaatan ini
tidak boleh berlebih-lebihan apalagi merusak ekosistem. Hak ini dinamakan
sebagai hak isti’mar, yaitu hak untuk mengolah sumber daya alam untuk
kemakmuran makhluk hidup tetapi pengelolaan itu harus didasarkan pada rasa
tanggung jawab: tanggung jawab kepada kemanusiaan, karena rusaknya alam akan
berakibat bencana dan malapetaka bagi kahidupan kita semua, begitu pula
tanggung jawab kepada Tuhan yang telah memberikan hak dan tanggung jawab itu.
(Q.S. Hud: 61)
Selain sebagai sarana pemenuhan
kebutuhan hidup, alam atau ekologi juga merupakan ayat Tuhan yang harus
dipahami sebagaimana kita memahami al-quran. Dari pemahaman itulah akan
terwujud keimanan yang mantap kepada Tuhan dan kemantapan diri sebagai manusia
yang harus menyebarkan kedamaian di muka bumi. Dari pemahaman inilah akan
terbentuk suatu gambaran menyeluruh terhadap alam, bahwa Tuhan menciptakan alam
ini dengan maksud-maksud tertentu yang harus kita cari dan teliti. Pencarian
makna alam inilah yang melandasi setiap kegiatan penelitian ilmiah dan
pengembangan ilmu pengetahuan. Maka tidak ada dikotomi dan pertentangan antara
ilmu daan wahyu, antara IPTEK dan agama, karena pada hakikatnya keduanya akan
mengantarkan kita kepada keyakinan akan keagungan Tuhan (Q.S. 190-191).
Maka dengan menyeimbangkan ketiga
pola hubungan di atas kita akan mencapai totalitas penghambaan (tauhid) kepada
Allah. Totalitas yang akan menjadi semangat dan ruh bagi kita dalam mewarnai
hidup ini, tidak semata-mata dengan pertimbangan Ketuhanan belaka, tetapi
dengan pertimbangan kemanusiaan dan kelestarian lingkungan hidup. Bahwa tauhid
yang kita maksudkan bukan sekadar teisme transcendental an-sich, tetapi
antrophomorfisme transendental, Nilai-nilai ketuhanan yang bersatu dengan
nilai-nilai kemanusiaan dan ilmu pengetahuan. Totalitas tauhid inilah yang akan
memandu jalan kita dalam mencapai tujuan gerakan membangun kehidupan manusia
yang berkeadilan.
Rumusan Nilai-Nilai Dasar PMII
perlu selalu dikaji secara kritis, dipahami secara mendalam dan dihayati secara
teguh serta diwujudkan secara bijaksana. Dengan NDP ini hendak diwujudkan
pribadi muslim yang bertakwa-berilmu-beramal, yaitu pribadi yang sadar akan
kedudukan dan perannya sebagai intelektual muslim berhaluan Ahlussunnah wal
jama’ah di negara Indonesia yang maju, manusiawi, adil, penuh rahmat dan
berketuhanan serta merdeka sepenuhnya.
COMMENTS