Teori sosial merupakan refleksi dari fakta sosial, sementara fakta sosial akan mudah dianalisis melalui teori-teori sosial. Teori sosial...
Teori sosial merupakan refleksi dari fakta sosial, sementara fakta sosial akan mudah dianalisis melalui teori-teori sosial. Teori sosial melibatkan isu-isu mencakup filsafat, untuk memberiakn konsepsi-konsepsi hakikat aktifitas sosial dan perilaku manusia yang ditempatkan dalam realitas empiris. Charles Iemert (1993) dalam Social Theory; The Multicultural And Classic Readings menyatakan bahwa teori social memang merupakan basis dan pijakan teknis untuk bisa survive. Teori Social merupakan refleksi dari sebuah pandangan dunia tertentu yang berakar pada positivisme. Menurut Anthony Giddens, secara filosofis terdapat dua macam analisis sosial, pertama: analisis institutional, yaitu ansos yang menekankan pada keterampilan dan kesetaraan aktor yang memperlakukan institusi sebagai sumber daya dan aturan yang diproduksi terus-menerus. Kedua, analisis perilaku strategis adalah ansos yang memeberikan penekanan institusi sebagai sesuatu yang diproduksi secara sosial. Tiada masyarakat yang steril dari perubahan sosial. Justru perubahan sosial memberikan suatu bukti terjadinya dinamika di dalam masyarakat. Tanpa perubahan sosial masyarakat tersebut adalah masyarakat yang mati, stagnan.
Apakah analisa sosial itu?
Analisa sosial
adalah sebuah upaya untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang
situasi sosial, hubungan struktural, kultural, dan historis sehingga
memungkinkan menangkap dan memahami realitas yang dihadapi. Dengan kata lain
analisa sosial adalah merupakan upaya kita untuk menempatkan suatu masalah
tertentu dalam konteks realitas sosial yang lebih luas yang mencakup konsep
waktu (sejarah), konteks struktur (ekonomi, sosial, politik, budaya, konteks
nilai, dan konteks tingkat atau ras lokasi (spatial: lokal-global).
Mengapa analisis sosial diperlukan?
Analisis sosial diperluakn untuk:
a.
Identifikasi dan pemahaman masalah secara
lebih seksama; melihat akar masalah dan ranting masalah.
b.
Memahami potensi
(kekuatan-kelemahan-peluang-tantangan) yang ada dalam komunitas.
c.
Membangun ukuran dengan lebih baik untuk
kelompok yang dirugikan.
d.
Membangun prediksi berupa tindakan-tindakan
sebagai upaya untuk mengubah.
Apa prinsip analisis sosial?
a.
Analisis sosial bukan suatu bentuk pemecahan
masalah melainkan diagnosis yang bisa dijadikan acuan yang lengkap dalam
pengambilan keputusan atau tindakan sebagai pemecahan yang tepat.
b.
Analisis sosial tidak netral (analisis sosial
selalu berangkat dari komitmen).
Siapa pelaku analisis sosial?
a.
Analisis sosial bukan milik kelompok tertentu.
b.
Analisis sosial dapat dilakukan oleh siapapun.
c.
Analsisis sosial akan mempunyai makna yang
dalam jika dilakukan oleh mereka yang “terlibat langsung” sehingga dimungkinkan
terjadi proses transformasi kesadaran.
Dimana posisi analisis sosial?
Penolakan
terhadap analisis sosial dilakukan oleh pihak yang pro kepada status quo.
Mengapa? Analisis sosial memiliki bobot untuk mengubah (baca: mendorong proses
perubahan). Jika demikian, analisis sosial merupakan salah satu simpul dalam
siklus kerja transformasi.
Dalam studi
ilmu-ilmu sosial, untuk menganalisis kondisi sosial maka kita harus berpijak
dalam empat paradigma (baca: cara pandang) yang didasarkan pada pebedaan
anggapan metateori tentang sifat dasar ilmu sosial dan sifat dasar dari
masyarakat. Empat paradigma tersebut yang dibangun atas pandangan-pandangan
yang berbeda mengenai dunia sosial satu dengan yang lain adalah fungsionalis,
fenomenologis/ interpretatif, humanis radikal dan strukturalis radikal.
Untuk menuju pilihan
yang tepat metode seperti apa yang layak diambil, maka kita harus berangkat
dari perdebatan asumsi dasar tentang ontologis, epistemologis, kecenderungan
dasar manusia (human nature) dan metodologi.
Asumsi
ontologis atau perdebatan ontologis berawal dari pertanyaan “apa”. Jadi asumsi
ontologis ini adalah apakah kenyataan diteliti sebagai sesuatu di luar yang
mempengaruhi/ merusak didalam seseorang ataukah kenyataan itu justru hasil dari
kesadarans eseorang. Perdebatan mengenai ontologis menghasilkan aliran
nominalisme dan realisme:
1.
Nominalisme
a.
Asumsinya realitas yang ada di luar manusia
hjanyalah sekedar penamaan, konsep atau label yang digunakan menjelaskan
realiatas sosial.
b.
Penamaan hanyalah rekaan saja untuk
menjelaskan,. Memberi pengertian dan memahami realitas
2.
Realisme
a.
Realitas ada mendahului ke beradaan dan
kesadaran seseorang terhadapnya
b.
Realitas sosial ada di luar seseorang.
Meriupakan kenaytan yang berwujud, dapat diserap, dan merupakan tatanan nisbi
yang tetap.
Debat
epistemologis berawal dari pernyataan’ bagaimana’. Jadi bagaimana seseorang
mulai memahami dunia sosial dan mengkomunikasikannya sebagai pengetahuan kepada
orang lain. Debat epistemologis melahirkan perpecahan tajam anatara orang
eksakta dengan orang sosial. Perdebatan ini membawa kita pada aliran positivis
dan aliran anti positivis :
1.
Positivisme
a.
Semua pengetahuan harus tebukti lewat ras
kepastian, pengamatan sistematis yang terjalin secara inter-sujektif.
b.
Kepastian metodis sama pentingnya dengan rasa
kepastian. Kesahehan pengetahuan ilmiah dijamin oleh kesatuan metode.
c.
Menolak perberdan ilmu-ilmu sosial dan
ilmu-ilmu alam.
d.
Pernyataan-pernyataan yang tidak bisa
diverifikasikan secara empiris, sebagai non-sense.
e.
Berusaha menyatukan semua cabang ilmu
pengetahuan menjadi satu bahasa universal.
f.
Ilmu-ilmu sosial bertugas mencari hukum-hukum
yang mengatur masyarakat dan digunakan sebagai cara untuk memperbaiki
masyarakat.
2.
Anti positivis
a.
Realita sosial adalah nisbi, hanya dapat dipahami
dari sudut pandang orang per orang yang terlibat dalam peristiwa sosial
tertentu.
b.
Seseorang hanya dapat mengerti dari sisi
dalam, buakan dari luar realita sosial.
c.
Ilmu sosial itu bersifat subjektif dan menolak
ilmu pengetehuan bisa jadi ilmu apa saja.
Debat hakekat
manusia ( human nature ) membawa kita kepada suatu upaya penyadaran diri.
Selanjutnaya, debat mengenai hakekat manusia termasuk debat dikalangan kaum
determinis atau kodariah dan kaum volumteris atau jabariah. Kedua anggapan
inilah yang merupakan unsur paling utama dan hakiki dalam teori ilmu sosial.
1.
Determinisme adalah
Manusia ditentukan oleh sekitar dimana ia berada.
2.
Volumterisme adalah manusia
sepenuhnya adalah pencipta dan berkemauan bebas.
Debat
metodologis merupakan satu muara ketika orang yang memperdebatkan diatas
akhirnya semua akan mengarah kepada perbedaan metodologis. Adapun debat
metodologis, melahirkan 2 aliran besar pula, yaitu ideografis dan nomotetis :
1.
Ideografis : seorang
hanya dapat memahami kenyataan sosial melalui pencapaian pengetahuan langsung
dari pelaku atau yang terlibat.
2.
Nomoteis: mementingkan
adanya seperangkat teknik dan tatacara sistematis dalam penelitian. Cara ini
mengutamkan teknik-teknik kuantitatif untuk menganalisis data.
Dari smeua
asumsi dan perdebatan diatas dapat ditarik kesimpualan bahwa teori sosial
terbagi menjadi 2 aliran besar yaitu
1.
Positivistik yang
menggunakan ontologis realis, epistemologinya positivis, pandangan sifat
manusianya deterministik dan metodeloginya nomotetik.
2.
Idealisme
jerman, sebaliknya ontologinya nominalis, epistimologinya anti positivis,
pandangan sifat manusianya volunteristik dan metodeloginya ideografis.
Empat
paradigma teori sosial
Setelah melaui
perdebatan yang panjang, para ahli sosiologi akhirnya sepakat untuk menetukan
cara baru dalam menganalisa empat paradigma ( dengan tetap memasukkan
unsur-unsur penting dari asumsi diatas ). Emapat paradigma itu adalah.
1.
Paradigma
fungsionalis
Paradigma
inilah yang paling banayak dianut didunia, mereka condong kepada pendakatan
realis, positivis, determinis, dan nomoetis. Rasionalitas merupakan ‘ tuhan’
bagi mereka. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut :
a.
Pandangannya berakar kuat pada sosiologi
keteraturan dengan pendekatan obyektivis.
b.
Memusatkan perhatian pada kemapanan,
ketertiban sosial, kesepakatan, keterpaduan sosial, empiris.
c.
Rasionalitas diutamakan dalam menjelaskan
peristiwa sosial, berorientasi pragmatis.
d.
Mendasarkan pada filsafat rekayasa soaial
untukdasar bagi perubahan sosial.
2.
Paradigma
interpretatif.
Penganut
paradigma ini cenderung menaganut sosiologi ketaraturan yaitu ilmu sosial yang
mengutamakan kesatuan dan kerapatan. pendekatannya cenderung nominalis, anti
positifis dan ideografis.pada pekembangan selanjutnya paradigma ini sering
disebut sebagai aliran fenomenologis. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut :
a.
Pada dasarnya menagnut sosiologi keteraturan,
tetapi mereka menggunakan pendekatan subyektif dalam analisis sosialnya.
b.
Mereka
ingin melihat kenyataan sosial seperti apa adanya.
c.
Kenyataan sosial dibentuk oleh kesadaran dan
tindakan seseorang.
d.
Anggapan dasar masih tetap didasarkan pada
pandangan manusia serba tertib, terpadu dan rapat, kematangan, kesetiakawanan,
dan kesepakatan.
3.
Humanis
radikal
Paradigma yang
dianut oleh orang-orang yang berminat mengembangkan ilmu soisal perubahan
radikal dari pandangan subyektivis. Pendekatan yang kemudian dipakai adalah
nominalis, anti positivistik, volunteris dan ideolografis. Pandangan dasarnya
bahwa ada satu suprastruktur ideologis diluar diri yang membelenggu dan
berhasil memisahkan dirinya dengan kesadarannya ( alenasi ) dan melahirkan
kesadaran palsu. Cir-cirinya adalah sebagai berikut :
a.
Para penganutnya berminat mengembangkan
sosiologi perubahan radikal dari pandangan subyektifis.
b.
Pendekatannya sama dengan kaum interpretaktif
( nominalis, anti-positivis
c.
volunteris, dan ideolgrafis ) tetapi,
cenderung menekankan perlunya menhilangkan atau mengatasi serbagai pembatasan
tatanan sosial yang ada.
d.
Kesadaran manusia telah dikuasai atau
dibelenggu oleh suprastruktur ideologis yang diluar dirinya.
e.
Agenda utama : memahami kesulitan manusia
dalam membebaskan dirinya dari semua bentuk tatana sosial yang menghambat
perkembangan manusia sebagai manusia.
f.
Penganutnya mengecam kemapanan habis-habisan.
4.
Struktur
radikal
Penganut paham
ini berupaya memperjuangkan sosiologi perubahan radikal juag yaitu perubahan
yang mendasar dengan mengabaikan semua tatanan sosial yang membelenggu
perkembangan diri manusia oleh karna pandangan ini bersifat utopis dan hanya
memandang lurus kedepan. Analisisnya cenderung menekankan pertentangan
struktural, bentuk-bentu penguasaan dan pemerosotan harkat manusia. Pendekatan
yang dipakai adalah realis, positivis, determinis dan nomotetis. Ciri-cirinya
adalah sebagai berikut
a.
Penganutnya memperjuangkan sosiologi perubahan
radikal tetapi dari sudut pandang obyektifitas.
b.
Pendekatan ilmiahnya memiliki beberapa
persamaan dengan kaum fungsionalis namun memiliki tujuan akhir yang saling
berlawanan.
c.
Analisisnya lebih menekankan pada pertentangan
struktural, bentuk-bentuk penguasaan dan kemerosotan dharkat kemanusiaan.
d.
Hal yang penting adalah hubungan struktural
yang terdapat dalam kenyataan soaial.
Fungsi utama
mengenal empat paradigma diatas adalah kita dapat memahami kerangka berfikir
seseorang dalam teori sosial dan merupakan alat untuk memetakan perjalanan
pemikiran teori sosial seseorang terhadap persoalan sosial. Dengan pemahaman
ini, kiat diri bisa memetakan teori-teori yang ada untuk kemudian dengan
kesadaran masing-masing melaui pengalaman dan pemahamannya sendiri, memilih
mana yang menurut anda paling tepat.
Hubungan Kesadaran Manusia dengan Ansos
Aspek
|
Kesadaran Magis
|
Kesadaran Naif
|
Kesadaran Kritis
|
Kerangka Berfikir
|
Kehidupan sosial hasil kekuatan diluar manusia
|
Kehidupan sosial hasil kualitas manusia dan SDA
|
Kehidupan sosial hasil sistem, struktur, sejarah
|
Metode Terapan Sosial
|
Bantuan / Karitatif
|
Pembagunan
|
Advokasi Pemberdayaan/Transformatif
|
Gerakan Sosial
|
Evolutif/Natural/”netral”
|
Konstruktif
|
Radikal dan cepat
|
Kerangka Berpikir Ansos
Elemen
|
Struktur Konflik
|
Struktur Fungsional
|
Humanis Radikal
|
Interpretatif
|
Filsafat
|
Rasionalism
|
Rasionalism
|
Nominalism
|
Nominalism
|
Epistemologi
|
Positivis
|
Positivis
|
Non-Positivis
|
Non-Positivis
|
Hakikat Manusia
|
Determinisme
|
Determinisme
|
Volunteris
|
Volunteris
|
Metodologi
|
Nomotetis/Statistik
|
Nomotetis/Statistik
|
Idiografis
|
Idiografis
|
Sifat
|
Obyektif
Linier
Keteraturan
Generalis
|
Obyektif
Linier
Keteraturan
Generalis
|
Subyektif
Non Linier
Tak Teratur
Kasuistik
|
Subyektif
Non Linier
Tak Teratur
Kasuistik
|
Logika
|
Basis Materi
Satu Dimensi
|
Basis Materi
Satu Dimensi
|
Basis Idealis
Multi Dimensi
|
Basis Idealis
Dua Dimensi
|
Cara Kerja
|
Mekanik Materi,
Kepentingan Kekuasaan
|
Metabolisme tubuh mahluk hidup
|
Kesejarahan Diri
|
Penafsiran Simbol
|
Instrumen Ansos
Elemen
|
Struktural -Konflik
|
Struktural Fungsional
|
Humanis Radikal
|
Interpretatif
|
Pendekatan
|
Kuantitratif
|
Kuantitatif
|
Kualitatif
|
Kualitatif
|
Alat Analisis
|
Statistik (SPSS)
|
Statistik (SPSS)
|
Penggambaran ide dan imajinasi
|
Penggambaran fisik/symbol
|
Bentuk
|
Kajian Kebijakan
Survei
Jejak Pendapat
|
Kajian Kebijakan
Survei
Jejak Pendapat
|
PRA
ARA
RRA
Ansos Partisipatif
|
Tinggal di tempat
|
Posisi
|
Perubahan struiktur/kebijakan
|
Reformasi struktur
|
Pemberdayaan Rakyat
|
Rekayasa Sosial
|
Pelaku
|
Aktivis gerakan politik
|
Birokrat
|
Aktivis Humanis
|
Normatif
|
Contoh
|
Privatisasi RS
|
Reformasi DPRD
|
Feminism
Teologi pembebasan
|
Iklan
|
COMMENTS