Ketidakadilan gender yang terjadi di masyarakat memicu lahirnya gerakan feminis untuk melawan ketidakadilan . Dalam sejarah gerakan gender...
Ketidakadilan gender yang terjadi di masyarakat
memicu lahirnya gerakan feminis untuk melawan ketidakadilan. Dalam sejarah
gerakan gender dan feminis setiap negara memiliki latar belakang yang
berbeda-beda. Jika dilihat pertama kali gerakan perempuan muncul didorong oleh
ideologi pencerahan (Aufklarung) yang mendewakan akal atau rasio yang muncul
pertama kali di Eropa, bersamaan dengan revolusi Prancis di akhir abad XVIII dengan
semangat liberalisasi sosial politik. Kemudian diikuti oleh revolusi industri pada
abad XIX. Pada saat itu banyak buruh perempuan yang menderita karena upahnya yang
sangat rendah tentu saja memmbuat perempuan ikut bergerak bersama para kaum
laki-laki melahirkan gerakan feminis jenis baru yang dikenal kemudian sebagai
feminis sosialis.
Sejarah gerakan perempuan di Indonesia berawal pada
abad XIX yang pada saat itu statusnya masih menjadi tanah jajahan Belanda. Pada
saat itu Belanda memberikan kesempatan pendidikan pada masyarakat Indonesia
dikhususkan hanya kepada kaum elit, penguasa dan priyayi. Hal tersebut
dipengaruhi oleh sistem feodalisme dan budaya patriarki yang diyakini oleh kaum
yang berkuasa pada saat itu. Lagi-lagi perempuan tidak mendapatkan kesempatan
sedikit pun untuk mendapatkan pendidikan. Dengan latar belakang kondisi sosial budaya yang seperti itu
muncullah Kartini sebagai sosok tokoh perempuan yang tergugah nuraninya untuk
melakukan penyadaran, perlawanan dan perubahan sistem yang berlaku, yaitu
dengan menuntut akses yangsama dengan bagi perempuan. Kartini mendirikan
sekolah-sekolah keterampilan untuk kaum perempuan pada masa itu, dan usaha
Kartini mendapatkan perlawanan dari pihak penjajah karena dengan adanya
pendidikan yang merata dianggap mengganggu keseimbangan kekuasaan Belanda
terguncang.
Semangat perlawanan Kartini menginspirasi banyak
bermunculan organisasi-organisasi perempuan di Indonesia diantaranya adalah
Putri Mahardika pada tahun 1912-1928 menuntut akses pendidikan yang adil serta
menuntut posisi serta peran laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga. Pada
tahun 1920 gerakan perempuan menuntut partisipasi dalam politik dan melibatkan
perempuan dalam pengambilan kebijakan.tahun 1928-1935 gerakan perempuan yang
terbentuk pada saat Kongres Perempuan Indonesia yaiitu Perikatan Perkumpulan
Perempuan Indonesia (PPPI) konsen terhadap isu-isu seputar perlindungan
perempuan dan anak dalam perkawinan. Pasca kemerdekan Indonesia pada tahun 1945-1946
gerakan perempuan masih berkutat pada wilayah sosial yang memperjuangkan nasib
perempuan dan melawan penjajah. Pada saat itu munculah WANI (Wanita Indonesia)
dan KOWANI (kumpulan dari berbagai organisasi perempuan).
Pada tahun 1950 berdirilah GERWIS sebagai
organisasi yang konsen terhadap isu pendidikan yang konsen terhadap perempuan,
dan menyediakan fasilitas penitipan anak dan pada tahun 1954 berubah nama
menjadi GERWANI orientasi gerakannya berubah kearah politik, menuntut suara
perempuan di parlemen, pembentukan organisasi perempuan, dan menuntut hukum
perkawinan. GERWANI mampu menjadi pelopor gerakan perempuan di bidang politik
yang menggerakkan kurang lebih satu juta perempuan. Kemudian GERWANI dihantam
dengan citra buruk tentang wajah perempuan yang maju dan berani, menjadi sebuah
wajah yang menjijikkan dan harus dihindari. Kemudian citra perempuan
digantikan, dengan karakter lemah lembut, berkebaya sanggul, dan pandai benar
mengurus melayani suami-suami dan anak-anak mereka. PKK dan Dharma Wanita
digunakan untuk melanggengkan kekuasaan politik, budaya dan agama untuk
merekonstruksi peran sosial perempuan pada saat itu.
Jika melihat sejarah gerakan perempuan di Indonesia
yang mempunyai konsentrasi isu dan semangat yang berbeda-beda disetiap masanya,
dan semangat perlawanan gerakan perempuan juga sudah seharusnya dipelihara dan diteruskan
dan dipelihara oleh generasi muda dengan mendirikan KOPRI yang diharapkan dapat
menjadi wadah kader perempuan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia lahir 25
November 1967. Prinsip kesetaraan KOPRI adalah menggunakan salah satu bagian
prinsip kesetaraan dalam al Qur’an. KOPRI diharapkan mampu menjadi salah satu
kelompok efektif yang aktif dalam memberikan tawaran-tawaran gerakan untuk
mengurai persoalan-persoalan yang muncul di masyarakat. Ciri khas gerakan KOPRI
mempunyai dua landasan yaitu nilai Nilai Kader KOPRI dan Panca Norma KOPRI.
Serta memegang teguh nilai-niali dasar Islam Ahlusunnah wal Jama’ah, karena
dari nilai-nilai ini telah melhirkan berbagai pandangan yang kemudian dipakai
sebagai pisau analisis berbagai persoalan yang dialami perempuan.
COMMENTS