Hablun min al-Nas (Hubungan antar sesama manusia) Pada hakikatnya manusia itu sama dan setara di hadapan Tuhan, tidak ada perbedaan...
Hablun min al-Nas (Hubungan antar sesama
manusia)
Pada
hakikatnya manusia itu sama dan setara di hadapan Tuhan, tidak ada perbedaan
dan keutamaan di antara satu dengan lainnya. Begitu pula tidak dibenarkan
adanya anggapan bahwa laki-laki lebih mulia dari perempuan, karena yang
membedakan hanya tingkat ketaqwaan (Q.S. al-Hujurat: 13) keimanan, dan keilmuawannya
(Q.S. al-Mujadalah: 11).
Manusia hidup
di dunia ini juga tidak sendirian tetapi dalam sebuah komunitas bernama
masyarakat dan negara. Dalam hidup yang demikian, kesadaran keimanan memegang
peranan penting untuk menentukan cara kita memandang hidup dan memberi makna
padanya. Maka yang diperlukan pertama kali adalah bagaimana kita membina
kerukunan dengan sesama Umat Islam (ukhuwah Islamiyyah) untuk membangun
persaudaraan yang kekal hingga hari akhir nanti (Q.S. al-Hujurat: 11)
Namun kita
hidup dalam sebuah negara yang plural dan beraneka ragam. Di Indonesia ini kita
hidup bersama umat Kristen, Hindu, Budha, aliran kepercayaan, dan kelompok
keyakinan lainnya. Belum lagi bahwa kita pun berbeda-beda suku, bahasa, adat
istiadat, dan ras. Maka juga diperlukan kesadaran kebangsaan yang mempersatukan
kita bersama dalam sebuah kesatuan cita-cita menuju kemanusiaan yang adil dan
beradab (ukhuwah wathaniyah). Keadilan inilah yang harus kita perjuangkan (Q.S.
al-Maidah: 8). Dan untuk mengatur itu semua dibutuhkan sistem pemerintahan yang
representatif dan mampu melaksanakan kehendak dan kepentingan rakyat dengan
jujur dan amanah. Pemimpin yang sesuai dengan nilai ini, peraturannya harus
kita taati selama tidak bertentangan dengan perintah agama (Q.S. al-Nisa: 58) Dan
untuk pelaksanaannya kita harus selalu menjunjung tinggi nilai musyawarah yang
merupakan elemen terpenting demokrasi (Q.S. Ali Imran: 199).
Namun itu saja
belum cukup. Kita hidup di dunia ini berdampingan dan selalu berhubungan dengan
negara-negara tetangga. Maka kita juga harus memperhatikan adanya nilai-nilai
humanisme universal (ukhuwah bAsy’ariyah), yang mengikat seluruh umat manusia
dalam satu ikatan kokoh bernama keadilan. Meskipun kita berbeda keyakinan dan
bangsa, tidak dibenarkan kita bertindak sewenang-wenang dan menyakiti sesama.
Biarkan mereka dengan keyakinan mereka selama mereka tidak mengganggu keyakinan
kita (Q.S. al-Kafirun: 1-6). Persaudaraan kekal inilah sebagai perwujudan dari
posisi manusia sebagai khalifah yang wajib memperjuangkan keadilan dan
kesejahteraan bumi manusia ini.
COMMENTS